Elements of Philosopy Kebebasan akal hanya terjadi melalui pendidikan yang bebas berdasarkan penyelidikan kefilsafatan
Oleh:
Joko Sulianto
Abstrak
Dewasa
ini kita banyak mendengar tentang pendidikan yang bebas dan kebutuhan pandangan
yang luas. Pada hakekatnya apakah yang tersangkut dalam hal ini? Sesungguhnya,
banyak pendidikan dewasa ini didasarkan atas suatu pandangan dunia yang
mengatakan bahwa pencarian nafkah merupakan kenaikan tertinggi. Menghasilkan
seorang ahli yang cakap, terlampau sering menjadi tujuan pendidikan yang hendak
kita capai. Kita mendidik para ahli dibidang kedokteran untuk menjadikan diri
kita lebih sehat, demikian pula dibidang-bidang lainnya. Tetapi sayang, kita
cenderung lalai mendidik ahli-ahli yang dapat menjadikan kita lebih bijaksana.
Tujuan pendidikan yang demikian ini menyebabkan para ahli tersebut tidak dapat
membuat kita menjadi lebih bijaksana. Mereka banyak dapat mengajarkan kepada
kita ”bagaimana cara berbuat”(know how),
tetapi bukannya “mengapa berbuat demikian”(know
why). Untuk mengetahui mengapa orang berbuat, seseorang perlu memperoleh
pendidikan khusus yang dapat membekali analisa yang kritis dan kecakapan
bersintesa dalam memberikan tanggapan-tanggapan. Tetapi di samping itu.
‘mengapa berbuat demikian’ hanya dapat diperoleh melalui proses yang
bertentangan dengan pendidikan keahlian yang memusatkan perhatian kepada
hal-hal yang khusus. Proses tersebut ialah penyusunan suatu pandangan dunia
berupa sintesa, yang menjadikan ‘mengapa berbuat’ mengandung makna: suatu
sintesa prinsip-prinsip yang paling utama disegala cabang pengetahuan.
Kata
Kunci: Pendidikan, pengetahuan
Pendahuluan
Sesungguhnya perbudakan akal jauh lebih
menyedihkan bila dibandingkan dengan perbudakan ragawi. Apabila seseorang
diperbudak secara ragawi, setidak-tidaknya tubuhnya akan mendapat perawatan
sedemikian rupa sehingga mampu bekerja. Jika seseorang diperbudak secara akali,
maka apapun akan dilakukan untuk menjadikan akal pikirannya aus sehingga akal
pikiran tersebut tidak lagi dapat bekerja, suatu kisah yang jauh lebih
menyedihkan.
Kebebasan akali selalu merupakan bahaya
bagi mereka yang takut akan kebenaran dan secara membabi buta mencari pegangan
pada masa lampau. Ketakutan ini merupakan salah satu diantara hal-hal yang
paling terkutuk yang terdapat pada segala paham yang menekan jiwa, khususnya
pada komunisme sebagaimana yang kita ketahui di uni Soviet. Komunisme Soviet -
setidak tidaknya dalam teori - memberikan kebebasan ragawi kepada manusia. Perbudakan akali
merupakan hasil terakhir dari perbudakan ekonomi paham tersebut sebagaimana
tampak dewasa ini.
Pengorbanan
yang diberikan untuk memperoleh kebebasan akali sering kali sangat tinggi.
Socrates dihukum mati karena ia bersikeras menjadi seorang pengganggu; ia
bersikeras mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai berbagai hal kepada mereka
yang merasa mengetahui. Galileo disiksa dan Bruno dibakar di atas unggun kayu
bakar, karena menentang kepercayaan-kepercayaan yang dianut umum pada masa itu.
Spinoza dijuluki seorang ateis, sedangkan Descartes terpaksa melarikan diri
untuk menyelamatkan jiwanya. Hendaknya dicatat, kebebasan akali hanya terjadi
melalui pendidikan yang bebas berdasarkan penyelidikan kefilsafatan.
Pembahasan
Menguak
Dasar-Dasar Kefilsafatan
“apakah
manusia itu dan apakah yang merupakan kebaikan tertinggi bagi manusia?”…Socrates…
“…Filsafat
memang tidak lain daripada usaha mencari kejelasan dan kecermatan secara gigih
yang dilakukan secara terus menerus.”…dari Republik, karya
Plato…
“Saya berpikir, karena
itu saya ada.”… Descartes…
Perenungan
Kefilsafatan
Filsafat membawa kita kepada pemahaman
dan tindakan.
Meskipun
filsafat”tidak membuat roti” namun filsafat dapat menyiapkan tungkunya,
menyisihkan noda noda dari tepungnya, menambah jumlah bumbunya secara layak,
dan mengangkat roti itu dari tungku pada waktu yang tepat. Secara sederhana hal
ini berarti bahwa tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia
sebanyak mungkin, dan menerbitkan serta mengatur semua itu didalam bentuk yang
sistematis. Filsafat membawa kita pada pemahaman, dan pemahaman membawa kita
kepada tindakan yang lebih layak.
Keinginan kefilsafatan ialah pemikiran
secara ketat
Filsafat
merupakan suatu analisa secara hati hati terhadap penalaran-penalaran mengenai
sesuatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis atas suatu
sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
Filsafat merupakan pemikiran secara
sistematis
Kegiatan
kefilsafatan adalah merenung. Tetapi merenung bukanlah melamun, tetapi juga
bukan berfikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan. Perenungan
kefilsafatan adalah percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang
rasional, yang memadai untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk
memahami diri kita sendiri. Atau, perenungan itu dapat pula dilakukan oleh dua
atau lebih dari dalam suatu percakapan ketika mereka melakukan anlisa,
melakukan kritik dan menghubungkan pikiran mereka secara timbal balik.
Ciri-ciri Pikiran Kefilsafatan
1.
Suatu bagan konsepsional
Perenungan kefilsafatan berusaha untuk
menyusun suatu bagan konsepsional. Konsepsi (rencana kerja) merupakan hasil
generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal hal serta proses proses
satu demi satu. Karena itu filsafat merupakan pemikiran tentang hal hal serta
proses proses dalam hubungan yang umum
2.
Sebuah sistem filsafat harus bersifat
koheren
Perenungan kefilsafatan berusaha untuk
menyusun suatu bagan yang koheren, yang konsepsional. Yang dimaksudkan koheren
adalah runtut.
3.
Filsafat merupakan pemikiran secara
rasional
Perenungan kefilsafatan berusaha
menyusun suatu bagan konsepsional yang bersifat rasional. Yang dimaksudkan
ialah bagan yang bagian bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang
lain.
4.
Filsafat senantiasa bersifat menyeluruh
Perenungan kefilsafatan berusaha
menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai untuk dunia tempat kita hidup
maupun diri kita sendiri.
5.
Suatu Pandangan Dunia
Secara singkat, perenungan kefilsafatan
berusaha memahami segenap kenyataan dengan jalan menyusun suatu pandangan dunia
yang memberikan keterangan tentang dunia dan semua hal yang ada didalamnya.
6.
Suatu Definisi Pendahuluan
Dalam perenungan kefilsafatan, kita
berusaha untuk mencari dasar dasar bagi kepercayaan-kepercayaan kita. Dengan
mengingat ciri-ciri perenungan kefilsafatan, mudahlah bagi kita untuk
memberikan definisi pertama tentang filsafat, berupa definisi operasional.
Filsafat merupakan hasil perenungan kefilsafatan.
Setelah
anda membaca buku ini dan melakukan sendiri perenungan kefilsafatan, maka anda
akan mendapat pengertian yang lebih baik tentang apakah yang dinamakan filsafat
itu. Para filsuf dewasa ini sesungguhnya masih berdebat tentang
pertanyaan,”apakah filsafat itu?”
Metode
Kefilsafatan
Filsafat
ialah perenungan yang berusaha menyusun sebuah bagan konsepsional jenis
tertentu.secara umum dapat dikatakan bahwa kedua hal itulah yang merupakan
metode-metode yang digunakan oleh seorang filsuf. Kedua petunjuk perpikir itu
dinamakan Analisa dan Sintesa
Analisa
Maksud
pokok mengadakan analisa adalah melakukan pemeriksaan konsepsional atas makna
yang dikandung oleh istilah istilah yang digunakan dan pernyataan –pernyataan
yang dibuat. Pemeriksaan ini mempunyai dua macam segi. Kita berusaha memperoleh
makna baru yang terkandung dalam istilah istilah yang bersangkutan, dan kita
menguji istilah istilah itu melalui penggunaannya, atau melakukan pengamatan
terhadap contoh.
Sintesa
Filsafat
spekulatif sebagai penyusunan sistem. Lawan analisa atau perincian adalah
sintesa atau pengumpulan. Maksud sintesa yang utama adalah mengumpulkan semua
pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia.
Penyusunan sistem, demikian proses ini sering dinamakan, atau filsafat
spekulatif.
Perangkat-Perangkat Metodologi(Logika,
Induksi, Deduksi, Analogi, Komparasi)
Logika
dibagi dalam dua cabang pokok, yaitu logika deduktif dan logika induktif. Logika
Deduktif membicarakan cara cara untuk mencapai kesimpulan kesimpulan bila lebih
dahulu telah diajukan pertanyaan pertanyaan mengenai semua atau sejumlah ini
diantara suatu kelompok barang sesuatu. Kesimpulan yang sah pada suatu
penalaran deduktif selalu merupakan akibat yang bersifat keharusan dari
pernyataan pernyataan yang lebih dahulu diajukan.
Logika Induktif
Logika
induktif membicarakan tentang penarikan kesimpulan bukan dari
pernyataan-pernyataan yang umum, melainkan dari pernyataan-pernyataan yang
khusus. Kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pernyataan
yang telah diajukan.
Kebijaksanaan
dan Pandangan Dunia
Faedah Filsafat
Tujuan
Filsafat yang sebenarnya adalah untuk menyusun suatu pandangan dunia.
Pentingnya pandangan dunia mudah dimengerti bila kita memandang jaman kita
sendiri. Jaman ini ditandai oleh pandangan dunia yang tampak tidak lengkap dan
berada dalam proses perubahan. Pertikaan antara pandangan-pandangan dunia tidak
terbatas pada ideology ideology politik, melainkan juga berlangsung di bidang
etika, agama dan lain lain. Pendeknya, di segala bidang yang mengandung
perbedaan kepercayaan.
Pertikaian Ideologi Dewasa ini
Ketika halaman halaman ini ditulis,
perserikatan bangsa bangsa(PBB) masih tetap berjalan, meskipun sanggat dicemooh
dan bisa jadi tidak dapat hidup terus.
Gagasan tentang PBB didasarkan atas kepercayaan-kepercayaan kefilsafatan
tertentu mengenai hakekat manusia, hak-haknya dan hasrat-hasratnya. Dengan
memahami piagam PBB saja sebenarnya orang dapat menyadari betapa benarnya
hal-hal itu.
Tetapi
dunia juga berada dalam krisis yang bersumber pada pertentangan ideology,
seperti misalnya antara komunisme dan demokrasi. Para pemuda didunia diminta
bertempur, dan jika perlu bersedia mati, demi slah satu diantara kedua ideology
tersebut. Masalah yang masih perlu ditegaskan ialah bahwa suatu ideology pada
dasarnya merupakan usaha untuk menyusun pandangan dunia, dan ini termasuk
lapangan filsafat. Pentingkah orang mengetahui untuk apa ia mengorbankan
hidupnya? Sudah tentu para perwira tinggi percaya bahwa seseorang akan menjadi
prajurit yang lebih baik jika ia mengetahui apa yang dipercayainya dan mengapa
ia harus berjuang untuk keprcayaan-keprcayaan itu.
Analisa Tentang kepercayaan
Tetapi
malangnya, bila seseorang diminta untuk percaya, ia tidak selalu diberitahu
tentangapa yang harus dipercayainya tersebut. Ia juga perlu mengetahui
bagaimana cara mempersoalkan apa yang dikemukakan. Lebih dari masa masa
sebelumnya, dewasa ini banyak orang membutuhkan suatu pandangan dunia yang
runtut, berkenan di hati, masuk akal, karena kita mengetahui begitu banyak hal
yang nampaknya tidak berhubungan. Tanpa suatu pandangan dunia yang memadai,
dunia ini seperti terbalik. Demikianlah, maka filsafat merupakan suatu
perenungan tentang pengetahuan kita, metode-metode untuk mencapai pengetahuan
tersebut, dan tentang makna yang dikandungnya. Pendeknya suatu perenungan yang
mengusahakan suatu pandangan yang akan memberikan kehidupan yang bermakna dan
layak.
Kepercayaan yang Masuk Akal dan
Pandangan Dunia
Mempercayai sesuatu menggandung makna
yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan hanya mengulang ulang perkataan.
Mempercayai sesuatu, jika masuk akal dan layak bagi manusia, haruslah runtut
koheren dan sistematis. Dengan kata lain, mempercayai sesuatu berarti mempunyai
tinjauan kefilsafatan yang kita sadari. Tetapi tinjauan semacam itu harus
menggunakan perkataan yang jelas, didefinisikan secara baik, dan berisikan
pernyataan pernyataan yang didukung oleh bukti bukti tertentu. Inilah yang
dimaksudkan dengan pengertian pandangan dunia.
Dalam hal ini orang menghadapi dua
bahaya besar. Pertama, pandangan dunianya akan berantakan. Kedua, suatu pandangan dunia diterima secara
membabi buta dan secara tdak kritis. Apabila suatu pandangan dunia menjadi
berantakan, banyak orang merasa tidak mempunyai pegangan. Hidup mereka seperti
tanpa tujuan. Dan jika mereka bingung, tentu mereka tidak dapat memecahkan
persolan persoalan yang mereka hadapi secara memadai. Tanggapan tanggapan
mereka menjadi kacau, tidak masuk akal dan mungkin juga bersifat kegila-gilaan.
Pandangan dunia cenderung berantakan
apabila kemajuan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
terbendung, atau apabila perkataan perkataan yang kiranya mengandung makna
serta mengilhami tindakan, ternyata kehilangan relevansi atau arti pentingnya.
Pandangan dunia abad pertengahan berantakan karenanya ketika Newton
menyelesaikan karya besarnya.
Perlu disadari bahwa orang yang paling
bersahaja diantara kita pun mempunyai suatu pandangan dunia. Kita memang tidak
menyebutnya demikian. Dan jika ada yang mengatakan bahwa kita mempunyai
pandangan dunia, kita acap kali merasa heran. Barangkali tidak pernah terjadi
sebelumnya di dalam sejarah, suatu pandangan dunia mengalami perubahan yang
demikian mendalam dan cepatnya, sebagaimana yang terjadi semenjak awal abad XX.
Alam semesta seakan telah meluas begitu besarnya ddan tetap berkembang terus.
Jarak jarak yang tadinya jauh, kini menjadi dekat. Orang yang tadinya tidak
kita kenal, kini menjadi tetangga kita: nilai nilai yang semula kita kira aman
dan bersifat pasti, kini memperoleh tantangan
Filsafat dan Kebebasan Akali
Sesungguhnya perbudakan akal jauh lebih
menyedihkan bila dibandingkan dengan perbudakan ragawi. Apabila seseorang
diperbudak secara ragawi, setidak-tidaknya tubuhnya akan mendapat perawatan
sedemikian rupa sehingga mampu bekerja. Jika seseorang diperbudak secara akali,
maka apapun akan dilakukan untuk menjadikan akal pikirannya aus sehingga akal
pikiran tersebut tidak lagi dapat bekerja, suatu kisah yang jauh lebih
menyedihkan.
Kebebasan akali selalu merupakan bahaya
bagi mereka yang takut akan kebenaran dan secara membabi buta mencari pegangan
pada masa lampau. Ketakutan ini merupakan salah satu diantara hal-hal yang
paling terkutuk yang terdapat pada segala paham yang menekan jiwa, khususnya
pada komunisme sebagaimana yang kita ketahui di uni Soviet. Komunisme Soviet -
setidak tidaknya dalam teori - memberikan kebebasan ragawi kepada manusia. Perbudakan akali
merupakan hasil terakhir dari perbudakan ekonomi paham tersebut sebagaimana
tampak dewasa ini.
Pengorbanan
yang diberikan untuk memperoleh kebebasan akali sering kali sangat tinggi.
Socrates dihukum mati karena ia bersikeras menjadi seorang pengganggu; ia
bersikeras mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai berbagai hal kepada mereka
yang merasa mengetahui. Galileo disiksa dan Bruno dibakar di atas unggun kayu
bakar, karena menentang kepercayaan-kepercayaan yang dianut umum pada masa itu.
Spinoza dijuluki seorang ateis, sedangkan Descartes terpaksa melarikan diri
untuk menyelamatkan jiwanya. Hendaknya dicatat, kebebasan akali hanya terjadi
melalui pendidikan yang bebas berdasarkan penyelidikan kefilsafatan.
Filsafat sebagai Dasar Pendidikan yang
Bebas
Dewasa
ini kita banyak mendengar tentang pendidikan yang bebas dan kebutuhan pandangan
yang luas. Pada hakekatnya apakah yang tersangkut dalam hal ini? Sesungguhnya,
banyak pendidikan dewasa ini didasarkan atas suatu pandangan dunia yang
mengatakan bahwa pencarian nafkah merupakan kenaikan tertinggi. Menghasilkan
seorang ahli yang cakap, terlampau sering menjadi tujuan pendidikan yang hendak
kita capai. Kita mendidik para ahli dibidang kedokteran untuk menjadikan diri kita
lebih sehat, demikian pula dibidang-bidang lainnya. Tetapi saying, kita
cenderung lalai mendidik ahli-ahli yang dapat menjadikan kita lebih bijaksana.
Tujuan pendidikan yang demikian ini menyebabkan para ahli tersebut tidak dapat
membuat kita menjadi lebih bijaksana. Mereka banyak dapat mengajarkan kepada
kita ”bagaimana cara berbuat”(know how), tetapi bukannya “mengapa berbuat
demikian”(know why). Untuk mengetahui mengapa orang berbuat, seseorang perlu
memperoleh pendidikan khusus yang dapat membekali analisa yang kritis dan
kecakapan bersintesa dalam memberikan tanggapan-tanggapan. Tetapi di samping
itu. ‘mengapa berbuat demikian’ hanya dapat diperoleh melalui proses yang
bertentangan dengan pendidikan keahlian yang memusatkan perhatian kepada
hal-hal yang khusus. Proses tersebut ialah penyusunan suatu pandangan dunia
berupa sintesa, yang menjadikan ‘mengapa berbuat’ mengandung makna: suatu
sintesa prinsip-prinsip yang paling utama disegala cabang pengetahuan.
Pentingnya Teori
Penggunaan
pemikiran kefilsafatan harus jelas. Dalam jaman teknik sekarang ini hal itu
terjadi kian penting untuk diulang ulang. Teknik tidak mungkin berjalan tanpa
teori, dan bila itu dimungkinkan, tentu merupakan teknik yang buruk. Perenungan
kefilsafatan memperkuat dan memberikan arah kepada teknologi.
Kesimpulan
Suatu sistem filsafat harus membantu
seseorang menghadapi situasi hidup dan ketika harus meninggalkannya nanti.
Sistem tersebut harus memiliki nilai kebenaran. Jika suatu kebenaran memiliki
nilai, dan memang demikian halnya, maka sistem yang lebih mendekati kebenaran
tertentu bersifat lebih memuaskan.
Suatu sistem filsafat yang diterima,
memungkinkan orang untuk memahami dunia sekitarnya dan untuk menjawab tantangan
tantangannya.
Daftar
Pustaka
Kattsoff, O. Louis. 2004. Pengantar Filsafat alih bahasa: Soejono Soemargono. Yogyakarta:
Tiara Wacana
Komentar