PENGEMBANGAN BUKU SISWA SD BERBASIS PENDEKATAN OPEN ENDED DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Oleh: Joko sulianto
Abstrak
Pengembangan buku siswa SD berbasis pendekatan open ended dengan pembelajaran kontekstual. Tujuan penelitian ini adalah Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) untuk mengembangkan buku siswa sekolah dasar yang sesuai dengan pendekatan open ended dengan pembelajaran kontekstual, (2) untuk mengetahui keberterimaan buku siswa sekolah dasar berbasis pendekatan open ended dengan pembelajaran kontektual. (3) untuk mengetahui perbedaan kemampuan kognitif siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual dengan menggunakan buku siswa berbasis pendekatan open ended. Temuan yang diharapkan dapat dikembangkan model buku siswa baru berbasis open ended.

Kata Kunci: Buku Siswa, Open Ended, Kontekstual

Pendahuluan
Programme for International Student Assessment atau PISA, adalah evaluasi sistem pendidikan negara-negara di dunia. PISA menilai kemampuan kognitif dan keahlian membaca, matematika dan sains. Pada tahun 2009, PISA memperlihatkan rata-rata siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 dari 6 level. Dalam hal membaca, Indonesia berada di peringkat 57, matematika di peringkat 61, dan sains di peringkat 60, dari 65 negara.
Kemudian, Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), studi internasional untuk mengukur prestasi matematika dan sains siswa SMP. TIMSS membagi penilaian dalam empat kategori, yaitu rendah, menengah, tinggi, dan lanjutan. Hasil penelitian TIMSS memperlihatkan 95% siswa Indonesia hanya mampu menyelesaikan soal hingga tingkat menengah atau intermediate.
Riset berikutnya, Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) adalah studi internasional tentang literasi membaca (melek huruf) untuk siswa Sekolah Dasar. PIRLS diselenggarakan lima tahun sekali. Pada tahun 2011, PIRLS diikuti oleh 45 negara. Hasilnya memperlihatkan bahwa peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke 41 dari 45 negara dalam literasi membaca. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik masih rendah. Rendahnya kemampuan peserta didik bisa diakibatkan oleh bahan ajar atau buku yang digunakan di sekolah sekolah kurang sesuai atau desain pembelajaran tidak sesuai dengan karakteristik siswa dan cenderung masih teacher center. Pada penelitian ini akan dikaji tentang penyediaan buku siswa yang memungkinkan meningkatkan kemampuan kognitif, dengan merekonstruksi model buku siswa yang sesuai dengan pendekatan open ended dan pengembangan model kontekstual yang sesuai dengan karakteristik siswa, dengan cara menambah atau mengurangi komponen yang mungkin sesuai dengan karakter siswa berdasarkan studi pendahuluan
Berdasarkan Studi pendahuluan dan literasi yang dilakukan diperoleh beberapa informasi permasalahan tentang buku siswa untuk kurikulum 2013, Salah satu guru kelas I SDN Bedagas, Sudjarwi mengaku masih kesulitan beradaptasi dengan hal-hal teknis, khususnya terkait teknis pembelajaran. Menurutnya, karakter anak didik, khususnya di kelas I masih masih terbawa suasana PAUD. Hal tersebut menimbulkan kesulitan tersendiri pada guru untuk melaksanakan pembelajaran yang sesuai kurikulum baru.
Dijelaskan Sudjarwi, pada penerapan Kurikulum 2013 siswa diharuskan lebih aktif dan mandiri. Penerapan kurikulum 2013 ditekankan pada nilai-nilai yang berbasis tematik. Sehingga materi-materi yang diajarkan disesuaikan dengan tema yang ada. "Mereka kebanyakan masih belum dapat mandiri sepenuhnya, padahal adaptasi siswa dengan hal yang baru membutuhkan waktu," ungkapnya.
Pembelajaran dengan pendekatan open ended biasanya dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin juga banyak jawaban (yang benar) sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan  sesuatu yang baru. Maka implikasi pendekatan open ended ini dapat mengubah bentuk buku siswa yang sesuai dengan pendekatan open ended yaitu dengan merekonstruksi soal yang memungkinkan siswa dapat menjawab dengan ragam jawaban yang benar.
Pendekatan Open ended menjanjikan suatu kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan kegiatan kreatif  dan setiap siswa terkomunikasikan melalui proses belajar mengajar. Menurut Kusmaryono dalam tesisnya mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual dengan strategi penemuan dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa dalam pembelajaran yang didukung dengan penggunaan CD pembelajaran dan audio visual sehingga pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Hidayatul dalam penelitiannya terungkap bahwa pembelajaran dengan pendekatan open ended dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah siswa pada materi persamaan linear dua variabel yang hakekatnya juga akan meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti tertarik untuk mengembangkan buku siswa berbasis pendekatan open ended dengan pengembangan pembelajaran kontekstual yang disesuaikan dengan karakteristik siswa. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut: (1)Bagaimanakah pengembangan buku siswa berbasis pendekatan open ended dengan pembelajaran kontektual pada siswa SD?, (2). Bagaimanakah keberterimaan buku siswa berbasis pendekatan open ended di sekolah dasar?, (3) Apakah ada perbedaan kemampuan kognitif antara siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan buku siswa berbasis pendekatan open ended dengan pembelajaran kontekstual dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?.
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengembangkan buku siswa sekolah dasar yang sesuai dengan pendekatan open ended dengan pembelajaran kontekstual. (2) Untuk mengetahui keberterimaan buku siswa sekolah dasar berbasis pendekatan open ended dengan pembelajaran kontektual, (3) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan kognitif siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual dengan menggunakan buku siswa berbasis pendekatan open ended.

Pembahasan
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.  Zahorik dalam Depdiknas 2002 mengatakan bahwa:
 " Knowledge is constructed by human. Knowledge is not a set of facts, concepts, or laws waiting to be discovered. It is not something that exists independent of knower. Human create or construct knowledge as they attempt to bring meaning to their experience. Everything that we know, we have made. Knowledge is konjectural and fallible. Since knowledge is a construction of human and humans constantly under going new experiences, knowledge can never by stable. The understandings that we invent are always tentative and incomplete. Knowledge grows through exsposure. Understand becomes deeper and stronger if one test it against new encounters".
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. 
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing (Depdiknas, 2002: 2).
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pembelajaran kontekstual. Ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontektual: 1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain, 2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya, 3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalanya dengan cara meminta tanggapan yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan dikembangkan  4) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa, 5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. (Sanjaya, 2008: 256).
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual dikelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pembelajaan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya.
Pendekatan open ended dalam Pembelajaran Matematika
Problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap disebut juga problem Open–ended atau problem terbuka.
Pembelajaran dengan pendekatan open–ended biasanya dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin juga banyak jawaban (yang Benar) sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan  sesuatu yang baru. Menurut (Tim MKPBM, 2001: 114) dalam pembelajaran matematika, rangkaian dari pengetahuan, ketrampilan, konsep, prinsip, atau aturan diberikan kepada siswa biasanya melalui langkah demi langkah.
Tujuan dari pembelajaran Open–ended menurut (Tim MKPBM, 2001: 114) adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan.

Rancangan Pengembangan Buku Siswa Sekolah Dasar
Pendekatan open ended berorientasi pada penyediaan pertanyaan pertanyaan yang memungkinkan siswa dapat menjawab pertanyaan dengan ragam jawaban yang benar.
Gambaran Contoh pengembangan buku siswa sekolah dasar
Buku yang ada
Pengembangan buku siswa
Berapakah nilai dari hasil penjumlahan berikut; 3 + 7 =…
Tentukan nilai a dan b,  jika a+b = 10.

Rancangan Pengembangan Model Pembelajaran
Pada pengembangan model kontekstual akan dijelaskan sebagai berikut: model kontektual mencakup komponen: Konstruktivisme, Inquiri, Bertanya, Masyarakat Belajar, Penemuan, Pemodelan, Authentik Assesmen.
Dari komponen pembelajaran kontekstual tersebut akan ditambah atau dikurangi sesuai dengan studi pendahuluan yang disesuaikan dengan karakteristik siswa.

Indikator Keberhasilan: (1)Ada temuan baru model buku siswa sekolah dasar yang berbasis pendekatan open ended dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, (2) Diterimanya model buku siswa berbasis pendekatan open ended di sekolah dasar sebagai sumber belajar, (3) Adanya perbedaan kemampuan kognitif siswa yang mendapatkaan pembelajaran kontekstual dengan menggunakan buku siswa berbasis open ended.

DAFTAR PUSTAKA
As’ari, Abdur, Rachman. 1999. Pengantar pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Posing, Buletin Peningkatan Mutu Pendidikan, Menengah Umum Pelangi Pendidikan Tahun 1999/2000 No. 2 Volume 2 Halaman 42-46.
Budi Hartono, Agus. 2004. Pembelajaran Kontektual mengokohkan akuntabilitas Pembelajaran Matematika. PPPG Matematika Yogyakarta.

Hudojo, Herman. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang:Universitas Negeri Malang
Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Matematika. Semarang: IKIP Semarang Press
Rosyidah, Fima. 2007. Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual. Pendidikan Network.file ://c:/ Documents%20and%20 settings/compex/my%20documents/ketikan%20 rental/art...1/4/2007.
Sanjaya, Wina. M.Pd, Dr. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Shadiq, Fadjar. M.App.Sc. 2004. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam pembelajaran matematika. Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Penataran guru (PPPG) Matematika.
http ://www.google./penalaran +pemecahan masalah+PPPG/com
etiawan, Yasin. Mencari Metode Pengajaran yang lebih baik.http://www.siaksoft.net/index.php?option=com_conten&task=view&id2736itemid=101
Syaban, Mumun. 2001. Menggunakan open –ended untuk memotivasi Berpikir Matematika. Vui, T. Mathematical Investigation. Makalah disajikan pada seameo recsam, Penang, Malaysia, 26 Februari 2001
Tim MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model Advance Organizer berbasis Pendekatan Open Ended pada Aspek Penalaran di Sekolah Dasar

Elements of Philosopy Kebebasan akal hanya terjadi melalui pendidikan yang bebas berdasarkan penyelidikan kefilsafatan

Teori Belajar Kognitif David Ausubel”Belajar Bermakna”, Zoltan P Dienes ”Belajar Permainan”, Van Heille”Pengajaran Geometri”